Sebelum Valentine day di tahun 2018 ini ane punya cerita
yang gak akan pernah ane lupakan selama hidup, tapi bukan masalah percintaan.
Ane masuk pondok pesantren untuk yang pertama kalinya. Ini ane lakuin karena
bercermin dari kehidupan keseharian selama ane di peranauan, hingga jenuhnya melihat
kemaksiatan disekitar lingkungan, berusaha sekuat tenaga untuk menahan godaan
keimanan, demi sebuah surga yang dijanjikan (apaan sih loe sok religius
banget).
Ane udah banyak melihat kehidupan hina karena maksiat seperti
kehudipan di Dolly yang udah aku share sebelum
postingan ini, eh kalimat ane mulai
saat ini di ganti dengan aku aja yah, lebih enak dalam penyampaian dan lebih
sopan juga.
Dolly usai beralih ke Songgoriti, sepenggal cerita dari Pak
Edy yang telah merintis Songgoriti menjadi lingkungan sewa, namun karena oknum
menjadikan Songgoriti potensi akan prostitusi. Untuk lebih lengkap cerita
tetang wisata esek – esek di Soggoriti bisa lihat artikel saya yan berjudul
“wisata esek – esek di Villa Songgoriti”.
Dua cerita diatas mungkin sudah cukup untuk menjadi alasan
saya mondok, memperdalam ilmu agama, kalau banyak cerita kasihan yang baca
artikel ini, akan membosankan.
Bulan Dua di awal minggu di tahun 2018, bersama seorang
mubalig desa. Berangkat menuju pondok. Oke singkat cerita masuk asrama
ceremonial sebagaimana mestinya seseorang yang berada dilingkungan awal,
memperkenalkan diri, mingingat nama baru, sedikit bercerita sini situ.
Masuk diawal pembelajaran, masih meraba kebiasan yang ada,
dua tiga hari mulai menemukan alur, hingga beberapa hari toleransi akan alur
pembelajaran sudah saya hilangkan.
Proses pembelajaran masuk dalam kategori tak efektif, mulai
jam pembelajaran yang tidak tepat waktu dan menjadi kebudayaan, Proses
pembelajaran yang tidak menjadikan siswa sebagai orientasi Bagaimana tidak,
apabila siswa sedikit proses pembelajaran ditiadakan sangat bertolak belakang
dengan semangat kependidikan. Oke stop, gue hentikan masalah proses
kependidikan karena memang gak banyak proses pendidikan disana yang saya alami.
Kedua, mungkin udah lingkungannya yah?, atau emang guenya
aja yang terlalu aktif. Selama proses mondok lebih banyak washing time ketika
istirahat, Setelah proses pembelajaran tidur, Okelah bisa dimaklumi mungkin
mereka Qoillullah sembari menunggu Adzan. Tapi itu bukan gua banget gitu Loh
!!!, kalau bisa menghabiskan waktu dengan lebih berguna dan bermanfaat ngapain
gak?, yah Akhirnya selalu dan selalu setiap proses pembelajaran keluar
pondok. keluar pondok, gak jauh – jauh sedikit langkah dari pintu gerbang ada
toko Stiker disitu sasaran untuk menimba ilmu bisnis sebanyak – banyanya
dibidang cutting dan Skotlet. Mungkin saja berguna untuk diri
sendiri dan orang lain nantinya. Sayang toko cutting dan Skotlet ini buka mulia
jam 9 pagi sampai jam 5 sore kalau malem gak buka.
Begitupula sehabis kelas malam, atau pas kelas malam tiada,
nyari hiburan Cuma liat anak – anak kecil main dipelataran pondok, manis banget
jadi hiburan sendiri. Jadi keingat celoteh temen rekanan bisnis dulu, “kalau
punya anak sama istri itu bisa jadi hiburan sendiri disaat – saat susah”. Yah
bener sih, Cuma kalau sekarang gak tepat aja. Belum punya istri apalagi punya
anak hehehe, jane pengen punya.
Sebenernya aku bawa HP, dalam tas selempag kecil yang aku
bawa keman – mana. Sengaja dibawa kemana – mana biar gak ilang, karena banyak
hal pentingnya. Akhirnya Awal maret gua keluar, kelaurnya sih belum resmi
karena Cuma izin keluar sementara. Barang – barang juga belum aku ambil semua
di kamar DMC, btw gua jadi DMC loh, (bodo amat loe jadi apa, wkwkwkwkwk).
Yah udahlah, rencana mau keluar aja. Aku sendiri aja udah
mencari mubalig setempat untuk menimba ilmu, tentunya dengan begini lebih
fleksibel, gak membuang waktu yang berharga. untuk terus menjaga semangat dalam
mencari ilmu.
Dari postingan ini bukanya aku mengeluh, tapi tolong kalian
ambil pelajaran dari cerita yang ada, mungkin suatu saat nanti bermanfaat buat
kalian bahwasanya menimbulkan semangat belajar dan menghargai waktu itu sangat
penting.
Se you next time dengan cerita lainnya, semoga pembaca
diberi waktu dengan penuh manfaat, dan semangat untuk terus belajar. 😊
Teruslah Belajar, Seperti kamu ingin pulang kerumah karena terlalu lelah di tanah perantau.
Photo oleh : Nusantaramengaji.com